Perumusan Metode Pembelajaran Bilingual Yang Ideal (Niesa Mafrucha's Blog)

Kamis, 27 Oktober 2011
Sebelum membahas perumusan metode pembelajaran kelas bilingual, maka kiranya perlu penulis jelaskan terlebih dahulu kronologis atau latar belakang penyelenggaraan program kelas bilingual. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa banyak perubahan di hampir semua aspek kehidupan yang menuntut adanya sistem mutu yang berskala Internasional dan telah memunculkan persaingan yang sangat ketat antar bangsa. H.A.R. Tilaar mengatakan salah tuntutan di dalam perubahan global tersebut adalah harus memiliki pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat bersaing dan bekerja sama dengan bangsa bangsa lain. Tuntutan tersebut telah membawa konsekuensi serta dampak terhadap pemerintah dan dunia pendidikan. Oleh karena itu, perguruan tinggi  sebagai lembaga pendidikan, diharapkan dapat mempersiapkan para mahasiswa/mahasiswinya siap bersaing, berperan aktif, efektif dan cerdas menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu alternatif yang dianggap mampu menghadapi tantangan tersebut adalah implementasi program kelas bilingual atau kelas dengan dua pengantar bahasa yaitu bahasa arab dan bahasa Inggris. Khususnya dalam sistem pembelajaran di Skolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto, telah menerapkan sebuah program kelas bilingual. Yang mana program ini baru diadakan pada tahun 2011 ini.
STAIN Purwokerto mengelompokkan tiga kelas bilingual, yaitu bagi mahasiwa/mahasiswi jurusan Tarbiyah prodi PAI 1 (Pendidikan Agama Islam 1), PBA 1 (Pendidikan Bahasa Arab 1), dan mahasiswa/mahasiswi jurusan Syari’ah prodi EI 1 (Ekonomi Islam 1). Yang mana mereka diformalkan menerima pembelajaran dalam perkuliahan dengan pengantar bahasa arab dan inggris. Lain halnya dengan mahasiswa/mahasiswi yang tidak tersebut dalam jurusan dan prodi diatas, mereka menerima pembelajaran dalam perkuliahan hanya dengan pengantar bahasa indonesia saja. Mahasiswa/mahasiswi yang ditempatkan pada kelas bilingual, adalah ketentuan dari para dosen berdasarkan nilai ujian masuk STAIN dan nilai UAN mereka di SMA/SMK/MA. Tentunya bagi mereka yang memasuki kelas bilingual adalah mereka-mereka yang unggul dalam kemampuan berbahasa arab dan inggris. Dan mereka mempunyai nilai tambah tersendiri bagi para dosen dan para mahasiswa/mahasiswi lain yang non bilingual. Maka dari itu, bagi mereka yang masuk dalam kelas bilingual adalah mahasiswa/mahasiswi yang “Jempol”.
Namun dalam kenyataannya, mereka yang masuk dalam kelas bilingual rata-rata memiliki kemampuan berbahasa yang tidak 100%. Dalam artian, ketika ada mahasiswa/mahasiswi yang unggul dalam berbahasa inggris, ternyata dia pincang dalam berbahasa arab. Dan rata-rata mereka yang unggul dalam bahasa inggris ini, kebanyakan mereka yang lulusan dari SMA/SMK. Begitu pula sebaliknya, ketika ada mahasiswa/mahasiswi yang unggul dalam berbahasa arab, ternyata dia pincang dalam berbahasa inggris. Dan rata-rata mereka yang unggul dalam bahasa arab ini, kebanyakan mereka yang lulusan dari MA/Pondok Pesantren. Namun ada pula yang unggul dalam penggunaan kedua bahasa tersebut, kebanyakan dari mereka yang lulusan Pondok Pesantren Modern, seperti Gontor, Assalam, Ta’mirul Islam, dan lain-lain. Tentu sangat sulit dan menjadi sebuah beban tersendiri bagi mahasiswa/mahasiswi yang masih pincang dalam penggunaan salah satu bahasa tersebut. Contoh riilnya, ketika ada dosen memberikan materi kuliah yang pengantarnya menggunakan bahasa arab (Akhlak Tasawuf pada prodi PAI 1), bagi mereka yang masih pincang dalam bahasa arab, sangat sulit menerima dan memahami materi yang dosen berikan. Dan ketika ada dosen memberikan materi kuliah yang pengantarnya menggunakan bahasa inggris (‘Ulumul Qur’an dan Logika pada prodi PAI 1), bagi mereka yang masih pincang dalam bahasa inggris, sangat sulit menerima dan memahami materi yang dosen berikan.
Ini merupakan sebuah permasalahan yang sedang dihadapi oleh mahasiswa/mahasiswi kelas bilingual. Dosen perlu menindak lanjuti permasalahan ini. Karena ini akan berpengaruh pada proses belajar mereka, nilai mereka nanti ketika ujian, dan pasti akan berpengaruh hingga jenjang kelulusan. Dan dalam pembahasan kali ini, penulis akan merumuskan metode pembelajaran kelas bilingual yang ideal, yaitu:

1. Metode terjemahan tatabahasa      
Adalah metode pembelajaran dengan menggunakan bahasa pengantar (bahasa untuk menjelaskan) berupa bahasa ibu. Arti dari kata atau ungkapan dalam bahasa sasaran diterjemahkan ke dalam bahasa ibu. Sejarah atau latar belakang timbulnya metode ini adalah adanya kebutuhan untuk mengetahui isi sastra. Sampai pada abad ke-15 bahasa latin hanya dipakai untuk percakapan saja. Selain itu adanya kebutuhan untuk mengetahui tatabahasa.
Kelebihan:
- Bermanfaat dalam penerjemahan data penelitian kesusastraan.
- Pembelajar dapat belajar sendiri dengan menggunakan referensi dan kamus.
- Dapat dimengerti dari awal sampai akhir karena terjemahannya bersamaan dengan tatabahasanya.
- Efektif digunakan pada kelas yang mempunyai banyak siswa.
Kekurangan:
- Kemampuan berbicara dan mendengar kurang, karena hanya mementingkan penerjemahan.
- Pembelajar tidak dapat belajar pengucapan/lafal dengan benar.
- Tidak ada latihan komunikasi.

2. Metode Langsung
Adalah metode pembelajaran dengan langsung menggunakan bahasa sasaran. Sejarah atau latar belakang timbulnya metode ini adalah adanya kekurangan dari metode terjemahan tatabahasa, yaitu komunikasi dalam metode terjemahan tatabahasa hanya satu arah.
Ciri:    
- Arti kata dan ungkapan disampaikan dengan gerakan, foto, gambar dan benda nyata.
- Guru memberikan pemahaman dengan cara induktif (banyak contoh) tanpa dijelaskan.
- Pengajar tidak menggunakan bahasa pengantar.
- Pembelajar tidak menggunakan bahasa ibu.
- Tidak mementingkan tulisan, hanya mementingkan kemampuan berbicara.
Kelebihan:
- Pembelajar cepat terbiasa dengan bahasa sasaran.
- Pembelajar menjadi terbiasa berpikir melalui bahasa sasaran.
- Menumbuhkan kemampuan mendengar dan berbicara.
- Dapat dipelajari oleh para pembelajar yang berbeda bahasa ibu.
Kekurangan:
- Penjelasan arti berputar-putar.
- Pembelajar sering salah persepsi karena tidak dijelaskan dengan bahasa pengantar.
- Pengajar membutuhkan waktu yang lama untuk memberikan petunjuk dan penjelasan.
- Pembelajar tidak merasa puas karena tidak dilakukan pengajaran huruf (pada tingkat dasar).
- Beban pengajar berat karena tidak menggunakan bahasa pengantar.
- Tidak efektif untuk kelas yang mempunyai banyak siswa.
- Pengajar tidak bisa banyak mengajarkan kosakata.

3. Metode Audio Lingual
Adalah metode pembelajaran dengan cara mengingat materi yang diajarkan agar siswa terbiasa. Caranya dengan latihan pengulangan, penggantian/penukaran, pengubahan dan tanya jawab. Sejarah atau latar belakang timbulnya metode ini adalah pada abad ke-20 ada kebutuhan untuk penelitian ilmiah tentang linguistik/kebahasaan.
Metode ini didasarkan pada pandangan behaviorisme yang berpendapt bahwa pembelajaran bahasa adalah pemerolehan seperangkat kebiasaan bahasa yang tepat. Pembelajaran mengulang-ulang pola kalimat hingga mampu mengucapkannya secara spontan. Sekali saja siswa telah mempelajari suatu pola tertentu, maka diharapkan siswa tersebut dapat membuat subtitusi kata-kata untuk menciptakan kalimat-kalimat baru. Guru mengarahkan serta mengawasi tingkah laku siswa, memberikan contoh serta memantapkan respon siswa.
 Menurut Skinner tingkah laku verbal merupakan perluasan teori belajar yang berhubungan dengan kegiatan pembiasaan yaitu situasi dimana manusia memberikan suatu respon dalam bentuk kalimat atau ujaran tanpa perlu adanya stimuli tertentu kemudian ujaran atau kalimat tersebut dapat dikuasai melalui pemantapan. Hasil perbuatan itu memerlukan penghargaan atau pujian yang diberikan tepat pada waktunya, maka tingkah laku itu akan tetap dipertahankan bahkan dikembangkan.
Pola pengajarannya adalah sebagai berikut:
 http://moshimoshi.netne.net/materi/pengajaran_bahasa/bab_4_files/image012.jpg       
Cara latihan:
- Kosakata dan pola kalimatnya diterangkan dari yang mudah ke yang sulit. Didahulukan hal yang sering dipergunakan.
- Kosakata yang ada dalam konteks diterangkan dengan jelas.
- Pengajar meningkatkan kecepatan mengajarnya secara bertahap.
- Didahulukan pembimbingan isi kalimat dan bunyi.
- Pembelajar diharapkan dapat mengucapkan lafal yang benar sesuai yang dicontohkan guru.
- Latihan pola kalimat sangat penting dilakukan.

Kelebihan:
- Melatih berbicara dan mendengar karena menggunakan latihan lisan berulangkali.
- Dapat digunakan untuk jumlah murid yang banyak dengan kemampuan siswa yang berbeda-beda.
- Dapat digunakan untuk level dasar ataupun menengah.
Kekurangan:
  - Pembelajar lebih cepat bosan karena pola kalimatnya tidak ada hubungan dengan situasi sebenarnya.
- Walau pandai menggunakan pola kalimat, kadang tidak pandai dalam berkomunikasi sebenarnya.
    - Dari tahap awal, siswa disuruh untuk selalu benar yang mengakibatkan siswa takut dan tidak percaya diri.
- Latihan selalu dilakukan dengan cepat sehingga siswa tertekan.
- Pelajaran terpusat pada guru, sehingga siswa tidak dapat mengemukakan pendapatnya sendiri.
- Tidak ada kegiatan siswa dengan siswa.
- Siswa pasif, hanya menjawab bila ditanya guru.

4. Pendekatan Komunikatif
    Pendekatan komunikatif bukanlah metode, karena tidak ada tahap-tahap pengajaran, hanya ada teori.
            Pendapat ahli mengenai bahasa:
    * Chomsky (1970) berpendapat bahwa bahasa berupa struktur, diperoleh sejak bayi melalui lingkungannya yaitu orang tua tanpa mempelajarinya. Bahasa tersebut hanya berupa pengetahuan saja.
    * Hymes (1927) berpendapat bahwa bahasa bukan hanya pengetahuan, melainkan harus memiliki kemampuan menggunakan bahasa tersebut dalam keadaan sebenarnya.
    * Canale & Swain (1980) berpendapat bahwa menggunkan bahasa harus memiliki 4 kemampuan yaitu kemampuan struktur, sosiolinguistik, wacana, dan strategi.
            * Haliday (1973) berpendapat bahwa fungsi atau prinsip bahasa meliputi:
            - Setiap bahasa dianalisa berdasarkan analisa dan fungsinya.
            - Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki arti tergantung pada situasi.
        Misalnya: Pada saat pelajaran “toire” berfungsi sebagai kata untuk meminta ijin, sedangakn di depan toilet, kata “toire” berfungsi sebagai penunjuk tempat.
            - Yang disampaikan adalah situasi dan pesan
            Misalnya: “desu ne” memiliki pesan yang berbeda-beda.
            - Kesalahan dikoreksi sendiri oleh siswa, yang penting adalah komunikasi.
            - Menulis dan membaca juga penting dalam komunikasi.
Kegiatan kognitif pembelajar tidak hanya sebatas latihan, tetapi menggunakan bahasa dalam situasi sebenarnya dan melibatkan komunikasi dua arah.
           
            Tujuan pendekatan komunikatif:
- Tujuan pengajar    : menumbuhkan kemampuan penggunaan bahasa yang pernah dipelajarinya.
            - Tujuan pembelajar : memperoleh kemampuan penggunaan bahasa pada konteks dan situasi sebenarnya.
           
Ciri pendekatan komunikatif:
   - Lebih fokus ke penggunaan bahasanya yang dipengaruhi oleh sosiolinguistik (penggunaan bahasa yang dihubungkan dengan lingkungan sosial).
   - Siswa tidak belajar tatabahasa, tetapi belajar penggunaan bahasanya agar dapat diterapkan dalam komunikasi.
   - Pendidikan berpusat pada pembelajar (guru sebagai motivator).
   - Mengutamakan kegiatan latihan yang membiarkan pembelajar berpikir kreatif.
   - Isi dari pembelajaran sedapat mungkin mendekati silabus topik dan silabus fungsi.
           - Yang disampaikan adalah arti pesan.
   - Fungsi pendekatan komunikatif adalah memahami hal yang ingin disampaikan oleh lawan bicara dan menyampaikan kepada lawan bicara apa yang ingin disampaikannya sendiri.

            Model pengajaran dengan metode komunikatif:
           - Konteksnya nyata dan digunakan dalam komunikasi yang sebenarnya.
           - Tugasnya mengandung arti dan makna.
   - Tugas kegiatan di kelas berupa information gap task, roleplay, wawancara, dll.
           - Penjelasannya bisa dari hal yang sempit ke luas atau sebaliknya.
           - Pengoreksian tidak dilakukan saat kegiatan, karena komunikasinya sesuai keinginan pembicara dan lawan bicara.
           - Kesalahan siswa saat berlatih diabaikan, dan diperbaiki saat kegiatan selesai.
           - Tidak dijelaskan struktur tatabahasa pola kalimatnya, tetapi dijelaskan penggunaan pola kalimatnya.

Kegiatan dengan pendekatan komunikatif mempunyai 3 syarat yaitu:
1. Information gap
Pembicara dan lawan bicara memiliki informasi yang berbeda. Pembicara mempunyai informasi yang tidak dimiliki lawan bicara. Begitu pula sebaliknya, lawan bicara memiliki informasi yang tidak dimiliki pembicara.
    2. Jawaban bebas
Ketika berkomunikasi, lawan bicara yang ditanya memiliki pilihan jawaban dan dapat dijawab dengan bebas. Jawaban diputuskan sendiri oleh penjawab, cara menyampaikannya dan lamanya waktu menjawab juga diputuskan sendiri.
3. Feedback (umpan balik)
Adanya komunikasi dua arah, yaitu adanya respon. Respon didapat pembicara dari lawan bicara. Respon bisa berupa verbal (ucapan) atau non verbal (gerakan dan ekspresi). Jadi apabila lawan bicara tidak menjawab apapun tetapi memberikan respon dengan ekspresi berarti kita telah mendapatkan feedback.


   Kelebihan:      
- Karena tatabahasa tidak dijelaskan, siswa hanya belajar untuk bisa menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
          - Siswa bisa meningkatkan keinginan untuk dapat mengetahui arti penggunaannya.
- Siswa bisa melakukan kegiatan bahasa di kelas dengan ungkapan yang disesuaikan dengan situasi dan konteksnya.
        Kekurangan:   
      - Siswa tidak mengerti aturan tatabahasanya, karena hanya fokus ke penggunaannya.
          - Siswa sulit untuk menyampaikan  secara bentuk dan tahapan-tahapan tatabahasanya.
           - Tidak efektif untuk siswa tingkat dasar karena disesuaikan dengan situasi sebenarnya.

Dari seluruh penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi pada mahasiswa/mahasiswi STAIN Purwokerto, khususnya bagi mereka yang memasuki kelas bilingual, para dosen dapat di menindak lanjuti permasalahan tersebut dengan menggunakan tiga metode, yaitu: metode penerjemahan tatabahasa, metode langsung, metode audio lingual. Dan juga dengan menggunakan pendekatan komunikatif.


























Nama : Wahyu Nisawati Mafrukha
NIM    : 1123301201

0 komentar:

Posting Komentar